Ya itulah yang terlontar dari mulut anak saya yang pertama Yoga Ardiansyah W, ketika saya menanyakan cita citanya ketika besar nanti. Kontan saja, Istri saya terheran heran dan berujar “ kok jadi salesman sih”. Buru buru saya menimpalinya “ Jadi salesman, emang salahnya dimana?. “Yah kan biasanya cita cita itu menjadi menteri, dokter, tentara, presiden atau apa kek. Masak salesman?. “ Tidak apa apa salesman kalau bikin bahagia dan kaya okey okey saja. Gapailah cita citamu nak, asalkan kamu mantab dan sungguh sungguh” sahut saya sembari menguatkan dan membenarkan anak saya. “ Bener pa kalau jadi salesman kan bisa kaya dan bisa jadi pengusaha. Kan bisa bayar dokter yang jorok (maaf ya), tentara yang dibentak bentak ya pa?” ketus Yoga. “ Yes betul betul ( meniru logat upin ipin)” kataku.
Ya, dialog diatas adalah gambaran sebagian besar keluarga kebanyakan. Memang sangat sedikit bahkan tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya kelak menjadi seorang salesman. Dan bahkan tak pernah ada seoarang anak, siswa maupun mahasiswa yang bercita cita menjadi seroang salesman.
Kemudian, kenapa banyak pemuda yang bekerja sebagai salesman. Profesi yang paling dijauhi dan tak pernah diimpi impikankan serta dicita citakan tetapi akhirnya ter”jerumus” juga untuk dimasukinya. Bahkan profesi inilah yang telah menyelamatkan sebagai besar angkatan kerja ditengah himpitan hidup yang mendera. Ternyata setelah melakukan survey kecil kecilan, Sebagian besar alasan menjadi seorang salesman adalah karena terpaksa. Terpaksa karena cita cita besarnya semakin jauh untuk digapai. Selain itu menjadi seorang salesman tidak dibutuhkan latar belakang pendidikan yang khusus, hanya dibutuhkan kesungguhan dan kemauan untuk bekerja keras.
Coba lihat berapa banyak Sarjana dari berbagai fakultas dan jurusan yang tidak bisa memasuki profesi yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. dan coba lihat kembali latar belakang pendidikan dari seorang salesman. Ada yang dari fakultas dan jurusan bonafit sampai jurusan yang biasa biasanya saja. Seperti halnya kedokteran, farmasi, teknik. pertanian, ekonomi, fisipol, hukum, psikologi, pendidikan, agama bahkan juga latar pendidikan SMU.
Mungkin karena keterpaksaan inilah, maka tidak sedikit dari mereka bekerja yang asal asalan dan tidak begitu serius serta tidak bersungguh sungguh dalam bekerja menjalankan tugasnya. Selama menjalankan tugas sebagai seorang salesman seringkali masih melihat lihat apakah ada lowongan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Hal ini membuat seorang salesman menjadi kurang produktif. Karena alasan itulah maka seorang pemasar perlu diberi pelatihan berkala baik motivasi maupun skill dan perlu supervisi yang ketat. Bahkan management perusahaan memberikan gaji jauh lebih kecil dari profesi lainnya namun diberikan insentif yang cukup menarik jika mencapai target tertentu.
Sehingga bisa dibilang pendapatan salesmanlah yang paling fair, Karena pendapatannya ditentukan oleh kinerjanya. Salesman yang berprestasi akan mendapatkan penghasilan yang melimpah dan jenjang karier yang cemerlang namun bagi salesman yang tidak berprestasi tentu penghasilannya sangat rendah dan kariernya hanya berhenti sebagai salesman atau salesman seumur hidup..
Namun sebenarnya banyak pengusa dan pebisnis sukses berawal dari seorang salesman atau penjual. Bob Sadino yang bisnisnya saat ini berkembang pesat berawal dari seorang penjual telor dari rumah ke rumah di kawasan kemang Jakarta. Eka Tjipta Widjaya pendiri Sinar Mas Group mengawali bisnisnya dengan berjualan biskuit dan gula. Achmad Bakrie pendiri Bakrie Brothers ayahanda Aburizal Bakrie adalah penjaja keliling di NV Van Gorkom perusahaan milik Belanda. Hadji Kalla ayahanda Jusuf Kalla dan pendiri perusahaan PT. Hadji Kalla adalah seorang penjual disebuah kios di pasar Bajoe di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Selain itu ada Ir. Ciputra (raksasa property), Chairul Tanjung CEO Para Group seorang dokter gigi, Soetjipto Sosrodjojo pendiri Tek Botol Sosro, Tirto Utomo pendiri PT. Aqua dan masih banyak lagi contoh contoh seorang penjual atau salesman yang akhirnya menjadi pebisnis handal.
Pertanyaannya bagaimanakah jika menjadi seorang salesman telah dicita citakan sejak kecil dan bukan keterpaksaan. Tentu lebih dahsyat bukan?
Lalu, masihkah mempertanyakan dan meragukan cita cita menjadi seorang salesman dari anak kecil yang masih polos?
Kalau saya sih bangga anak saya bercita cita menjadi seorsng salesman. Salesman yang akhirnya akan memiliki kerajaan bisnis. Insya-Allah…