Ternyata Iran mengandung deposit Logam Tanah jarang sangat raksasa. Eksplorasi pertama kali mengidentifikasi Zona Mineral Sangan yang terletak di barat laut Provinsi Khorasan Razavi. Cadangan substansial unsur tanah jarang, ditemukan di zona 12.000 kilometer persegi. “Mereka adalah negara yang sangat kaya akan mineral. Ini jauh lebih besar dari sumber daya Migas” kata teman saya.
Tahun 2013 walau Iran di Embargo ekonominya, namun Jerman, Denmark, Italia, Australia, dan Jepang bersedia sebagai investor untuk membeli mineral logam tanah Jarang itu dan sekaligus membangun smelter disana. Ratusan miliaran dolar mereka tawarkan untuk industri pengolahan Logam Tanah Jarang. Tapi Iran menolak. Iran lebih memilih membiarkan sumber daya mewah Logam tanah Jarang itu di dalam bumi.
Para insinyur hebat Iran ditugaskan melakukan riset untuk bisa mengurai unsur logam tanah jarang. Tahun 2016 Iran sudah menemukan serium, lantanum, neodimium, dan itrium, yang semuanya diekstraksi dari tambang di Iran Tengah. Tiga unsur itu adalah Mischmetal, yang sangat dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan tabung hampa udara, baterai yang mengandalkan teknologi hidrida logam.
Dalam industri logam, Mischmetal sebagai sumber pemicu terjadinya percikan api untuk memulai pembakaran dan nyala api, serta untuk meningkatkan kemampuan cetakan dan sifat-sifat mekanis pada campuran metal. Apakah Iran langsung mengundang investor membangun industri downstream? Tidak. Para insinyur Iran terus berjuang untuk bisa mengurai unsur logam tanah jarang itu sampai 12 unsur. Kini mereka terus berjuang.
Tahun 2016 saya ikut seminar di Teheran. Saat itu saya tanya kepada sahabat saya, mengapa kalian tidak segera bangun smelter dan industri downstream logam tanah jarang. Bukankah bisa jadi alat politik untuk keluar dari embargo ekonomi dan sekaligus mengatasi beban hutang. Apa kata mereka?. Embargo itu masalah pada generasi kami sekarang. Tapi tidak bisa menggorbankan sumber daya yang sangat penting bagi generasi berikutnya. Sebelum kami kuasai riset logam tanah jarang, biarkan saja itu di dalam bumi.
China perlu 30 tahun riset logam tanah jarang dan sukses sebagai magnit revolusi industri high tech. China bisa melakukan lompatan jauh kedepan. Sehingga hanya perlu 20 tahun setelah itu, China bisa lead dalam segala hal mengalahkan Eropa dan AS yang sudah lebih dulu maju.
Di Indonesia pemimpin dan elite politik kita tidak punya visi membangun SDA. Tahun 1978 sampai tahun 2000 kita salah satu negara pengekspor minyak mentah terbesar dunia. Tidak ada niat kuasai tekhnologi mengolah Minyak mentah menjadi industri kimia berserta downstreamnya. Dan kini kita jadi salah satu negara pengimpor BBM terbesar di dunia. Karena SDA Migas kita sudah lama berkurang dan tidak cukup untuk kebutuhan sendiri. Kelak kisah kegagalan Orba itu akan terulang lagi pada nikel, batubara dan bauksit…
Sangat menyedihkan. Dari sejak era Orba kita tidak pernah membangun secara modern. Tidak berbasis riset yang kuat. SDA habis, kita malah terjebak hutang. Jangankan mewariskan SDA kepada anak cucu, malah kita mewariskan hutang gigantik akibat bego dan rakus.
Sumber : Erizeli Jely Bandaro , group FB Diskusi dengan Babo