Jayapura, Kini semakin Indah
Para penumpang yang terhormat, Waktu mendarat sudah dekat, kami ingatkan kembali untuk mengenakan sabuk pengaman anda”terdengar pengumuman dari seorang salah seorang pramugari sekaligus membangunkanku dari tidur.
Rasa kantuk belum selesei karena di ruang tunggu bandara makassar 2,5 jam sebelum menempuh perjalanan dari Makasaar ke bandara sentani memakan waktu 3,5 jam. Belum lagi dielay satu jam di Bandara Juanda yang seharusnya bernagkat jam 20.00 baru jam 21.00 WIB boarding.
Namun cukup senang setelah pesawat mendarat tepat jam 06.05 WIT di Bandara Sentani. Bandara Yang cukup indah dikelilingi gunung dan juga Danau Sentani.
Setelah mengambil bagasi sekitar 30 menit, berjalan keluar, seorang sales travel menghampiri menawarkan taxi. Setelah tawar menawaran, kami bergegas naik taxi bandara menuju Jayappura.
Perjalanan sekitar satu jam, melewati pinggiran danau Sentani yang indah. Pemandangan alam selama perjalanan pun cukup menarik dengan panorama pegunungan Cycloops yang megah dan Danau Sentani yang luas membentang. Cuaca[un sangat bersahabat dengan udara sejuk, karena habis turun hujan. Jalanan sudah beraspal mulus. Sangat nyaman.
Sesampai di hotel Horison jam 07.30 bertemu kawan yang sehari sebelumnya menginap. Segera saya numpang mandi dan berganti pakaian, dan lanjut mengikuti acara Muskerda Hisfari Papua di Swiss Bell Hotel. Perjalanan dari Hotel Horison ke Hotel Swiss Bell, saya menikmati kemajuan kota Jayapura sambil ngobrol dengan kawan yang sudah tinggal di Jayapuran selama 27 tahun.
Jayapura Sebagai ibukota propinsi, memang sudah banyak melakukan pembenahan baik dari infrastruktur maupun social-ekonomi masyarakatnya. pemandangan gedung-gedung tinggi dan beberapa pembangunan lain yang masih dalam proses. Kota ini tampak seperti kota metropolitan yang baru saja berkembang pesat. Layaknya kota-kota besar di Indonesia, kendaraan bermotor pun banyak berlalu-lalang. Restoran-restoran cepat saji mulai bermunculan di sepanjang jalanan kota, hotel-hotel baru pun mulai dibangun, bahkan Jayapura sudah memiliki sebuah pusat perbelanjaan besar di pusat kotanya. Beberapa hal ini adalah kemajuan besar bagi kota yang berada di ujung timur Indonesia ini. Nampaknya, Jayapura mulai menarik bagi dunia investasi bisnis dan perdagangan.
Tidak hanya dunia bisnis, pemerintah setempat pun tengah mengembangkan berbagai pariwisata yang menarik di Jayapura.
Jembatan Youtefa, Icon baru Kota Jayapuran
Jayapuran semakin pesat setelah adanya Jembatan Youtefa. Jembatan ini embatan Youtefa atau lebih dikenal dengan Jembatan Holtekamp telah diresmikan Presiden Joko Widodo tepat pada Hari Sumpah Pemuda, Senin 28 Oktober 2019. Menghabiskan biaya 1,8 T.
Dengan adanya Jembatan Youtefa yang warna meran, berkembanglah dengan pesat daerah Koya, Distrik Tami daefrah perbatasan. Cafe dan Restoran seafood layaknya Jimbaran di Bali mulai berdiri ditepian pantai Holtekamp dekat jembatan Youtefa. Jembatan ini sangat indah dilihat dari sebuah Vihara diatas bukit.
D’Sultan adalah tempat makan yang saya nikmati di malam pertama. Kebetulan kawan yang saat saya tinggal di Makassar telah berhasil mengembangkam bisnis di Jayapura mentraktir kami. Makanan seafood berbagai menu pilihan
cukup enak dan tempatnya yang dipinggir pantai cukup memanjakan kami.
Belum ke Jayapura jika belum menikmati Papeda. Seorang kawan Kepala cabang KFTD Jayapura mengajak lunch di sebuah restoran dengan pelabuhan. Resto & Cafe Rumah Laut namanya. Berlokasi di Jalan Koti, Numbai , Kec.Jayapura Selatan, Kota Jayapura. Tempat makan ini menyajikan menu utama masakan laut yang sangat lezat. Selain itu tempat makan ini menyajikan makanan khas Papua yaitu Papeda dan Kuah Ikan Kuning yang sangat nikmat. Malamnya kawan KFTD ini mengajak kami menimati makan di the Marlin Restoran. Tempat berjejer dengan D’sultan, lagi lagi andalannya ada Seafood yang cukup lezat.
Setelah kenyang menyantap makanan, kami kembali ke Hotel untuk istirahat. Karena esok harinya kami harus kembali ke Kota surabayan jam 09.00 WIT. Bekerja, berwisata, berkuliner dan healing.