Kompetitor  memang bikin repot. Sering merebut pelanggan kita. Sehingga seringkali kita jengkel dan gemes. Bahkan seringkali bernafsu  untuk menghabisinya.

Pada konteks tertentu, kompetitor bisa menghabisi kita. Kita bisa gulung tikar atau bangkrut karena mereka. Untuk itu kita harus menyiapkan diri dalam menghadapi  kompetitor di era kompetisi ini..

Namun demikian kompetitor dapat menjadikan kita semakin maju. Karena kompetitorlah kita bisa lebih kreatif dan  inovatif. Hal ini karena kita terdesak dan  mau tidak mau harus berubah ke arah yang lebih baik daripada kompetitor.

Maka dari itu kita jangan sampai mematikan yang namanya kompetitor. Karena bermain sendiri dipasar akan membuat  kita cenderung berada dizona nyaman. Akhinya kita menjadi  stagnan dan tidak mau melakukan perubahan. Bahkan seringkali cenderung arogan dalam menghadapi pelanggan.

Coba kita lihat  prilaku Pertamina ketika  monopoli dibanding saat ini setelah hadir Petronas dan Shell.  Kemudian bagaimana prilaku PDAM dan PLN saat ini dimana  mereka masih monopoli.

Jadi jelas, kompetitor adalah partner kita untuk lebih majju.

Bagaimana jika tidak ada kompetitor. Kita harus menciptakan kompetitor. Namun the real competitor bagi sang monopoli dan market leader adalah  Arogansi diri, ketidakmauan untuk berubah, dan ketidakmampuan meng-edukasi pasar.

Bagaimana dengan anda?

By Berik Wicaksono

Nama Saya Berik Wicaksono. Tinggal di Bekasi. Asal Lumajang Jawa Timur

2 thoughts on “Kompetitor = Partner”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *