Pertanyaan besarnya adalah Siapa yang bertanggungjawab dalam membangun Corporate Image?
Apakah Corporate Secretary (Corsec), Divisi Public Ralation, atau divisi Sales & Marketing? Kerancuan tanggungjawab ini harus segera di clearkan oleh top management atau CEO sebeuah perusahaan. Top management atau CEO harus memformulasikan strategi maupun perubahan paradigm yang jelas untuk mengembangkan Corporate Image dari pperusahaannya.
Adapun Lima strategi dan paradigma dalam membangun Corporate Image adalah
Pertama, Top Management harus menyadari bahwa urusan Corporate Image adalah urusan top management. Karena membangun Corporate Image adalah pekerjaan besar perusahaan. Membangun Corporate Image atau corporate reputation bukanlah pekerjaan jangka pendek dan bersifat proyek. Namun adalah pekerjaan panjang yang melibatkan seluruh divisi diperusahaan.
Kedua, Top Management harus memformulasikan strategy Corporate Image yang jelas. Hal yang harus di tuntaskan adalah menentukan bagaimana hubungan Corporate Image dengan brand image. Ada perusahaan yang memisahkan dengan jelas Corporate Imaget dengan Brand Image. Seperti Unilever, Kalbe, Sido Muncul dan lain lain. Mereka menjadikan corporate image sebagai endorser dalam mengkomunikasikan brand brand mereka. Namun juga ada beberapa perusahaan yang menjadikan Corporate Image dan product image sebagai sebuah kesatuan. Mereka menjadikan Corporate Image sebagai umbrella brand brand atau produk produk mereka. Hal ini bisa kita lihat perusahaan Honda, Yamaha, Samsung dll. Hampir semua brand produk mereka diawali atau diakhiri dengan nama perusahaan.
Ketiga, mengelola Corporate Image adalah sebuah strategy dan aktifitas yang melibatkan berbagai stakeholder yaitu top management, karyawan, pelanggan, jurnalis, dan berbagai institusi publuk yang ada keterkaitannya.
Keempat, mengelola Corporate Image adalah melibatkan berbagai interaksi dari berbagai dimensi dan media. Perusahaan tidak hanya mengunakan iklan dimedia konvensional tetapi juga membutuhkan media lain seperti kontak personal, media social, Call center, e-mail, pertemuan dengan komunitas, dan lain lain.
Kelima, perusahaan perlu melakukan pengukuran Corporate Image secara periodic. Pengukuran ini bisa dilakukan satu kali atau dua kali dalam satu tahun. Pengukuran ini dilakukan terhadap empat dimensi Corporate Image yakni, quality, performance, responbility, dan attractiveness.
Peran Corporate Image akhir akhir ini semakin penting, karena kepercayaan pelanggan selalu mengacu kepada Corporate Image yang baik. Dengan Corporate Image yang baik, perusahaan memiliki kesempatan bisnis yang jauh lebih esar kedepan. Perusahaan bisa memiliki peluang menarik karyawan yang berkualitas. Sehingga secara keseluruhan dengan Corporate Image yang baik, perusahaan akan menjadi semakin kompetitif.
Disadur dari artikel Bapak Handi Irawan (Chairman Frontier Consulting Group) di Majalah Marketing edisi Juni 2014