Coba ada sekarang booking hotel atau Villa di Malang Raya tanggal 25 Desember 2018 s.d tanggal 2 Jan 2019. Anda saya jamin pasti kecewa.  Kecewa karena  hampir semua hotel dan villai tersewa semua.  Fullbook…

Padahal harganya tidak murah. Bahkan bisa naik 2-3 kali lipat harganya.

Situasi yang sama nungkin terjadi di kota Bandung, Puncak Bogor, Jogjakarta dan Bali. Dan tempat wisata lainnya. Coba anda ceks sendiri.  Bagi tugas…!

Ini Gejala Apa?

Apa karena ekonomi  masyarakat Indonesia meningkat? Atau karena terjadi pergeseran kebutuhan masyarakat akan hiburan, rekreasi atau wisata.

Eh…. Bisa jadi  gejala keduanya.

Alun Alun Kota Batu

Ekonomi masyarakat meningkat. PDB perkapita mencapai $ 4.000 US ditahun 2018 ini. Artinya tingkat  pendapatan masyarakat meningkat.  Dan ini didiminasi Ada spend lebih untuk rekreasi keluarga.

Dan ini bisa dilihat di sector lain. Rumah makan yang selalu rame di setiap weekend. Peserta umroh yang meningkat, seperti terlihat di setiap bandara international. Setiap Apple dan Samsung launching produk terbarunya selalu diburu pembeli. Dan lain lain..

Pergeseran kebutuhan masyarakat berubah. Dari kepemilikan barang barang  yang bertahan lama ke kebutuhan yang menciptakan pengalaman emotional pribadi.

Yuswohadi dalam sebuah artikelnya mengatakan 2019 adalah tahun dimana dua ekonomi baru yaitu: Digital Economy dan Leisure Economy mulai menemukan critical mass-nya dan akan menghasilkan “the whole new world” dengan jutaan peluang pasar dan bisnis baru.

Masyarkat era kini terutama yang milenial lebih mengutamakan memorable experiance  dan Connection, katanya.

Tahun 2010 pendapatan perkapita masyarakat Indonesia melewati angka $3000 US. Katanya dengan angka diatas $3.000 US maka masyarakatnya adalah konsumen kelas menengah. Pengeluaranya $5-10 perhari. Konon konsumenya mencapai angka  60% dari total penduduk.

Salah satu ciri konsumen kelas menengah ini adalah bergesernya pola konsumsi mereka dari yang awalnya didominasi oleh makanan-minuman menjadi hiburan dan leisure. Ketika semakin kaya (dan berpendidikan) pola konsumsi mereka juga mulai bergeser dari “goods-based consumption” (barang tahan lama) menjadi “experience-based consumption” (pengalaman).

Experience-based consumption ini antara lain: liburan, menginap di hotel, makan dan nongkrong di kafe/resto, nonton film/konser musik, karaoke, nge-gym, wellness, dan lain-lain. Begitu kata Kang Yuswohady pakar marketing dari Markplus & Co itu.

By Berik Wicaksono

Nama Saya Berik Wicaksono. Tinggal di Bekasi. Asal Lumajang Jawa Timur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *