Syech Ma’ruf Al Karkhi seorang tooh sufi mengadakan istigozah besar seharian yang melbatkan banyak orang untuk meminta hujan turun. Namun hujan tidak turun meski Istiogozah seharian telah usai.
Setelah magrib saat semua peserta istigozah pulang, ada seorang pemuda yang tak beranjak dari duduknya. pemudah ini tidak tampan, tidak tinggi dan tubuhnya agak besar denga kuit hitam.
Tiba tiba anak muda tersebut mengangkat tangan dan berdoa “Allahumma inni ass’aluka bihubbika ilaiya antum tiroh assa’ah assa’ah assah (Duh Gusti Allah, saya memohon kepada-MU dengan cintaMu padaku. Tolong turunkan hujan, segera segera segera)”. Belum turun tangan anak muda tersebut tiba tiba hujan turun.
Ma’ruf Al Karkhi merasa asing dengan doa “bihubbika ilaiya” sehingga bertanya” Hai anak muda, kenapa kamu berdoa dengan bihubbika ilaiya, bukan bihubbii ilaika (dengan cintaku kepadaMU)”. anak muda tersebut menjawab ” karena saya mampu beribadah dan berdoa hanya karena Cintanya Alllah kepadaku.Saya duduk disini karena cintanya Allah keoadaku. saya bisa mengangkat tangan arena cintanya Allah. dan saya bosa apapun karena cntanya Alah. seberapa sih cinaku kepada Allah daripada cintanya Allah kepadaku.
kekaguman Ma’ruf Al Karkhi kepada pemuda ini karena tidak hanya sekdar sholeh tetapi memiliki tauhid yang ting, lalu berkata ” bagimana jika engkau saya jadikan guru saya, wahai anak muda”. “tidak bisa tuan karena saya hanya seorang budak. Saya harus kembali kepada majikan saya” kata anak muda tersebut. Kemudian pemuda yang dikenal bernama Maimun tersebut kembali ke rumah majikannya dan menemapati gubuk yang reyot dan jelek.
Ma’ruf Al Karkhi mendatangi tuannya untuk membeli budak tersebut. sang tuan menunjukkan semua budak yang dilikinya untuk dipilih Ma’ruf Al Karkhi. Namun Ma’ruf Al Karkhi memilik budak yang tinggal digubuk reyot. San tuan mengatakan pilih saja budak yang lain, karena budak itu disamping jelek tidak bisa bekerja apa apa. Ma’ruf Al Karkhi tetapi memilih pemuda tersebut.
Akhirnya Ma’ruf Al Karkhi membeli budak tersebut. Dan segera setelah budak tersebut dibeli, Ma’ruf Al Karkhi berkata kepadanya” kamu sudah saya beli, sekarang kamu merdeka”. Sang pemuda menjawab ” loh saya tidak usah dimerdekakan tuan. biar saya tetao menjadi budak tuan, dan melayani semua kebutuhan tuan”. “oh tidak, justru sekarang andalah tuan saya. Dan saya budak tuan” kata Ma’ruf Al Karkhi.
Saat begitu mendengar dimerdekaan oleh Ma’ruf Al Karkhi, bukan kesenangan dan kegembiraan yang ada dalam hati sang pemuda. Tapi sang pemuda tersebut mengangkat tangan lalu berucap “Ya Allah dosa apa saya. kenapa tabir saya dibuka. kenapa Engkau memperlihatkan siapa saya sebenarnya kepada orang lain”.
Ternyata sang budak tersebut adalah waliyullah yang mastur. Kekasih kekasih Allah yang tidak ingin dikenal dan terkenal sebagai waliyullah.