Dalam akhir kisah Laila Majnun, Laila berwasiat kepada ibunya”
Ibu, lihatlah cahaya wajahku mulai memudar dan menjadi pucat pasih. Lilin lilin di mataku tampak muram dan segera padam. Wahai Ibu, aku mohon dengarkan wasiatku, sebelum aku pulang besok atau lusa.
Bila mana aku mati, kenakanlah aku gaun pengantin yang bagus, aku tidak mau terbungkus dengan kain kafan. Dandanilah aku dengan gaun engantin berwarna merah seperti darah segar seorang sahid. Riaslah wajahku selayaknya seorang pengantin secantik mungkin.
Alis Qois dan bulu mataku ammbilah dari debu yang menempel dikaki kekasihku. Dan jangan usapi tubuhku minyak Kasturi atau minyak wangi apapun. Tapi usapilah denagn air mata Qois kekasihku.
Lalu aku akan menunggu Qois hingga ia datang, dan pasti ia akan datang. Si pengelana yang terluka dan tak kenal Lelah itu akan menemukan jalan menuju makamku dan di sanalah ia akan duduk dan memohon kemunculanku di hadapannya. Namun selubung tanah ini takkan pernah terangkat dan ia akan menangis.
Wahai Ibu, Tenangkan dirinya, ibu!. Katakan kepada sang pengembara yang diliputi kesengsaraan itu. “sekarang sudah selesai. Laila sahabatnya dalam kesedihan itu telah tiada. Ia telah bebas dari belunggu duniawi. Hatinya hanya diberikan kepadamu dan dia mati untukmu. Cintamu telah menyatu dalam kehidupan yang telah ia jalani. Cintanya itu begitu murni sehingga tidak ada kebahagiaan lain yang dia ketahui selain menyebut namamu. Tidak ada satupun yang bisa menghibur pikirannya yang selalu tertekan, kecuai cintanya padamu. Dan dengan cinta itu, jiwanya yang lembut telah pulang ke alam keabadian. Semua berkahnya hanya untuk mu”.
Itulah wasiat terakhir Laila kepada ibundanya. Kemudian Laila meninggal.
Imroil Qois yang mendengar kematian Laila, tak sadarkan diri berhari hari. Dan setelah sadar mencari makam Laila. hingga ditemukanlah makam kekasihnya itu. Dimakam Laila, Qais tinggal dan bibirnya hanya memanggil satu nama Laila. setiap hari hanya memeluk batu nisan sang kekasihnya itu. Kemudian Qais berujar:
“Engkau telah keluar dari kehidupan yang membingungkan ini.dunia adalah rangkai pengkhiatan dan perselisian yang tidak pernah berakhir.Dan aku berharap engakau segera melepaskan belengggu dikakiku. Dan memuaskan dahagaku dengan minuman cinta yang memabukkan. Disana kita akan bertemu dalam kebahagiaan abadi. Disana lilin yang menyinari hidup kita akan semakin menyala dan sinar yang lebih terang. Cinta kita akna bercamour dengan cahaya keabadian. Yaa Allah dengarkan rintian hamba-Mu ini. Denagn tatapan cinta bebaskanlah dia dari penderitaan cinta yang menimpanya selama ini. Atas nama-MU rengkuhlah dia dalam pelukan-MU. Yaa Allah tunjukkanlah kasih sayang dan kebesaran-MU kepada diriku. Segera ertemukanlah diriku dengannya. Tidak ada yang aku pertahankan didunia ini, setelah jiwaku satu satunya Engkau panggil”.
Setelah itu Imroil Qais pun meninggal dalam keadaan memeluk batu nisan sang kekasih abadinya itu..